Minggu, 07 Agustus 2016

Latar Belakang

Taman Baca "Cahaya Pelangi"... kreatif & beragam!

Kami hanya mengidam-idamkan, generasi di masa depan/ setelah kami, akan lebih baik daripada generasi kami. Biarkan kami yang rusak, biarkan kami yang menanggung semua penderitaan dan kepayahan ini.. Meskipun pribadi kami buruk, compang-camping, dan tak patut dijadikan teladan, namun kami punya harapan agar kelak adik-adik kami bisa lebih baik, mulia, dan lebih maju lagi dari pada generasi kami.
Kami melihat selama ini keberadaan anak sering tersisihkan di mata masyarakat, diusir kalau ada kegiatan apa-apa, dimarahi habis-habisan kalau salah sedikit, ditolak di masjid. Sementara, kalangan orang tua dirasa tidak mampu memberikan contoh budaya yang mendidik bagi anak.  Sering mereka memperlihatkan budaya yang negatif di depan anak secara langsung  seperti berkata kotor, mengumpat, tengKAR, merokok, dll sehingga anak cenderung menirunya (imitasi). Orang tua kurang  memfasilitasi bakat dan kreativitas yang dipunyai anak. Jika anak punya bakat tertentu, hendaknya bisa tersalurkan dan bisa dikembangkan terus, hingga anak menyadari bakatnya itu, merasa bahagia, dan bisa berguna bagi msa depannya kelak.
Kami getir akan kesenjangan antara ekonomi dan pendidikan. Di desa kami, masyarakat terasa begitu konsumtif (royal) untuk kebutuhan  pencuci mulut sehari-harinya( yang sekali habis) dan kemewahan bendawi yang kurang penting daripada menyisihkan sebagian uangnya untuk tujuan pendidikan yang lebih baik.  Karena sebenarnya, pendidikan merupakan investasi di masa depan. Mudah-mudahan kalau sudah besar nanti, kami bisa berkontribusi pada kemajuan desa baik itu sektor pendidikan maupun yg tak kalah penting: ekonomi. sehingga muncul ekonomi kreatif berbasis pedesaan. Artinya, pola kegiatan ekonomi yang berupaya mengangkat kekayaan dan kearifan lokal masyarakat dari desa kami, memfasilitasi, dan mengembangkan, untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Kelebihan masyarakat kami yaitu orang di sini gila-gila semua, dalam artian banyak orang pandai dan ahli dalam bidang tertentu baik itu teknis, otomotif, kerajinan, pengolahan makanan, dan kesenian. Namun masyarakat secara umum masih agak malu-malu untuk mengenalkan bakatnya itu. Dan masyarakat kami bingung cara marketingnya: kalau sudah bisa bikin produk, lalu bagaimana cara menjualnya agar laku?
Kami membutuhkan tempat komunikasi yang sehat bagi pemuda lintas perspektif lintas pemahaman,apapun hobi/ kerjaanmu, biar tidak ada "gap" di antara kita.. sehingga input wacana yang masuk, proses, dan outputnya lebih mudah dan cepat terrealisasi. Sehingga tidak ada rasa saling curiga-mencurigai. Dan setiap kegiatan berjalan dengan transparan, tidak ada pembodohan, karena kami sebagai pemuda  juga tidak lugu-lugu amat.

Maka, dibentuklah suatu taman baca masyarakat bernama Taman Baca Cahaya Pelangi. Cahaya memiliki muatan makna spiritual. Merupakan suatu upaya yang lebih untuk mencapai keluhuran hidup di desa dan di mana saja kami berada. Kami bisa mendapatkan kebahagiaan hidup dan juga bisa membahagiakan orang lain yang masih susah hidupnya. Pelangi, bahwa trnyata warna cahaya itu tdk cuma satu (kuning/putih), tapi beragam... sebagai tanda kreatif dan hidup yg penuh warna penuh gairah! Sehingga, di sini kami belajar untuk meluaskan cakrawala berpikir (weltanschauung) agar tidak cupet, belajar menghormati perbedaan yang ada, mengerti kondisi orang lain yang bersebrangan dengan kita. Meskipun itu sulit, tapi tak mengapa, karena perbedaan itu indah dan rahmat bagi semesta alam.

Bakat anak yang berbeda-beda harus dihargai dan dikembangkan!

Di jaman serba modernitas ini, rasa-rasanya pemuda terjebak dlm kesendirian dan kesusahannya sendiri. Padahal sebenarnya yang dihadapi masalahnya sama)sehingga membutuhkan tempat ngopi dan diskusi yang membebaskan !



Yang penting, kami bersama-sama selalu menekankan agar diusahakan " independen" dalam setiap pergerakan, tidak mudah didekte, disuruh-suruh, dan dipaksa tunduk padaa otoritas manapun. Karena kami sukarelawan, tak ada yang bisa membayar kami, karena kami bekerja dan berkarya menurut kehendak hati nurani yang bebas merdeka. Kami kritis, partisipatif, dan terbuka pada kerjasama dari mana saja selama itu tak ada kepentingan terselubung. Kami tengadahkan wajah dan jiwa kami pada tarikan semesta yang meluaskan jiwa kami, pada donatur yang ikhlas-klas tanpa belenggu berat, karena ini kerja sosial, bukan ?
#menyapasemesta . :D [by: madf]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar